MAKNA DI BALIK TEKS DAYAK SEBAGAI ETNIS HEADHUNTER
Abstract
Ngayau atau head hunting ialah tradisi etnis Dayak di masa lampau untuk mencari kepala musuh sebagai tanda bukti kekuatan. Para pelancong dan antropolog barat tertarik mengeksploitasi sisi-sisi eksotik penduduk Borneo tersebut, salah satu di antaranya adalah praktik ngayau. Pembingkaian ngayau oleh pelancong dan antropolog barat, berakibat pada pencitraan yang hingga kini masih melekat pada etnis Dayak. Citra Dayak sebagai suku bangsa pengayau kembali muncul, ketika terjadi konflik etnis di Kalimantan, padahal secara de facto praktik ngayau sudah lama ditinggalkan. Labeling etnis Dayak sebagai headhunter sudah semestinya ditanggalkan sebab praktik ngayau disepakati untuk dihentikan pada tahun 1894 dalam musyawarah besar Dayak se-Borneo di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, yang difasilitasi pemerintah kolonial. Metode hermeneutika dapat membongkar mitos dengan mencari hakikat dari sebuah teks atau realitas, dengan mengacu pada sejarah dan tradisi pada waktu teks itu ditulis. Usaha rasional menemukan true conditions (sensus plenior) yang ditawarkan hermeneutika, sesungguhnya termasuk penelitian komunikasi. Artikel ini berupaya mencari hakikat makna dari teks yang ditulis para pelancong dan antropolog asing dari abad 18 hingga masa kemerdekaan. Para penulis mencoba mengonstruksi & membingkai tulisan mereka dengan mengacu pada sejarah dan tradisi pada masa itu.Ternyata, di balik teks-tertulis terdapat realitas yang tidak ditulis atau dinafikan dan inilah titik awal dari bias yang dilakukan penulis dan media yang menyebarkannya.
Kata Kunci: hermeneutika, makna, ngayau, pembingkaian
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License.
Indexed by:
Archived in:
Listed in:
INTERNATIONAL ASSOCIATION FOR MEDIA AND COMMUNICATION RESEARCH