GENDER AND POWER IN THE WORKPLACE: Challenges for Women as Leaders in Higher Education Sectors
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana faktor gender dan kekuasaan dapat menentukan keberadaan perempuan sebagai pemimpin di lembaga pendidikan tinggi khususnya di daerah Jakarta dan Bandung, yang dianggap sebagai destinasi favorit untuk pendidikan tinggi. Dengan adanya dukungan dari pemerintah Indonesia yang didasari oleh hukum konstitusi yaitu Undang Undang 1945 pasal 28 (2) yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi, bisa dikatakan bahwa tidak ada hambatan bagi kaum pria dan perempuan untuk memperoleh tingkat tertinggi dalam karir mereka, terutama di sektor pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan tiga Dekan perempuan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dariuniversitas yang dipilih (swasta dan publik). Hasil penelitian menemukan keberadaanteori Glass ceiling yang masih dirasakan selama masa periode promosi jabatan dari ketiga Dekan MIPA yang diwawancara. Gender, budaya, dan agama adalah tiga faktor yang memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan apakah perempuan bisa tampil sebagai pemimpin di lembaga pendidikan tinggi. Dengan demikian, masih terbentang tantangan bagi kaum perempuan sebagai pemimpin di sektor pendidikan dimana tantangan tersebut masih merintangi kemampuan akademik dan bekerja mereka.
Kata Kunci: gender, kekuasaan, pendidikan tinggi, glass ceiling.
The objective of this research is to examine how gender and power will determine whetherwomen can be leaders in higher education institutions particularly in Jakarta and Bandung areas; as considered to be most favorable destination for higher education purposes. With support from the Indonesian government under constitution law article 28 (2) 1945that states everyone has the right to be free from any kind of discrimination, there is almost no barrier for men and women to obtain the highest level in their career, especially in the educational sector. This research used a qualitative approach with data collection through indepth interviews with three women who were deans of the Faculty of Mathematics and Natural Sciences (MIPA) from selected universities (private and public). The interviews uncovered the existence of a thin glass ceiling theory that was still felt during their promotional period. Gender, culture, and religion play very important roles in determining whether women can perform as leaders in higher education institutions. Thus, overcoming the challenges for women as leaders in education sectors are still overpowering their academic and working capabilities.
Keywords: gender, power, higher education, glass ceiling.
References
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009.
Perspektif Perguruan Tinggi di Indonesia Tahun 2009.
http://www.autocure.org. Accessed on 14 August 2012. http://www.globaleducation.edna.edu.au/globaled/go/pid/517. Accessed on 14 August 2012.
http://www.scribd.com/doc/54502668/JOBTarbiyah¬UIN¬Malang. Accessed on 14 August 2012.
http://tarbiyah.uin ¬malang.ac.id/home. Accessed on 14 August 2012.
h t t p : / / i d . w i k i s o u r c e . o r g / w i k i / U n d a n g U n d a n g _ D a s a r _ N e ga ra _ Republik_Indonesia_Tahun_19 45/ Perubahan_II. http://www.lbh¬apik.or.id/uu¬7¬84.htm.
Miller, Katherine. 2012. Organizational Communication: Approaches and Processes. Belmont, Calif.: London: Wadsworth.
Rosser, Sue V. 2004. The Science Glass Ceiling: Academic Women Scientists and the Struggle to Succeed: Taylor & Francis.
Wood, Julia T. 2011. Gendered lives:communication, gender, and culture. Belmont, Calif.: Wadsworth Pub.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License.
Indexed by:
Archived in:
Listed in:
INTERNATIONAL ASSOCIATION FOR MEDIA AND COMMUNICATION RESEARCH